Minggu, 14 Mei 2017

Jika tidak percaya perkataan ulama, apakah kamu merasa paling pintar?

Ada sebuah syair
ما لي إذا ألزمته حجة
قابلني بالضحك والقهقهة
إن كان ضحك المرء من فقهه
فالدب في الصحراء ما أفقهه

Mengapa jika aku ajukan kepadanya hujjah yang nyata
Ia hanya bisa tertawa dan terbahak-bahak
Sekiranya tertawa adalah bukti kefaqihan seseorang
Maka betapa faqihnya beruang di padang pasir

Syair Ad Dabuusi ini adalah sebuah sindiran bagi orang yang mengklaim dirinya paling berilmu dan paling mengerti tentang Al Qur'an. Salah satu bentuk klaim "paling pintar" ini adalah sikap menyudutkan ulama dalam majlisnya, berusaha menguasai pembicaraan dalam setiap majelis, berbicara dan bersikap tidak sopan terhadap ulama, dan takabbur terhadap ilmu yang dimilikinya terhadap ahli ilmu yang lebih tua darinya. Tapi bila ia dihadapkan pada suatu hujjah, ia (orang yang mengkalim paling pintar ini) hanya bisa tertawa dan terkekeh-kekeh.

Semoga Allah menjauhkan kita semua dari sikap yang sangat tidak terpuji ini.

Boleh baca di : Ensiklopedi Larangan Menurut Al Qur'an dan As Sunnah jilid 1, Bab Ilmu, halaman 203 karya Syaikh Salim bin 'Ied Al Hilaly.

Sekarang banyak orang yg kadang tidak percaya kata ulama dan lebih yakin dengan akalnya serta kebiasaan masyarakat disekitarnya.  Padahal,  belum tentu akalnya itu selalu benar serta kebiasaan masyarakat itu selalu tepat.
Hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah agar diberi jalan yang benar. Diberi kekuatan untuk melawan nafsu dan mengedepankan akal sendiri.  Semoga senantiasa diberi taufiq untuk memahami hujjah dari al qur'an dan sunnah. 
Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar